MENJELAJAHI KEINDAHAN HUTAN MATI DI GUNUNG PAPANDAYAN, GARUT
Mendaki Gunung Papandayan, ada satu tempat yang menarik dan wajib dikunjungi. Inilah Hutan Mati Gunung Papandayan.
Hutan mati adalah salah satu daya tarik yang terletak di Taman Wisata Alam Papandayan Garut. Kawasan ini sangat ramai dikunjungi wisatawan karena pemandangan yang indah dan menarik. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kota Garut dan mudah dicapai.
Garut, adalah salah satu kota yang dikelilingi pegunungan nan cantik di Jawa Barat. Ada gunung Guntur, Cikuray, dan Papandayan yang telah terkenal keindahannya. Dari pusat kota Garut bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar 1 jam via jalan Raya Cikajang ke arah Barat.
Ada 2 pintu masuk untuk mendaki yakni via Pangalengan Bandung dan Cisurupan Garut tapi kebanyakan naik dari Cisurupan. Harga tiket masuknya adalah Rp. 30.000 untuk weekend dan Rp. 20.000 untuk hari biasa. Kawasan ini juga sudah dikelola oleh pihak ketiga. Kalau pengunjung ingin berkemah, foto preweding, syuting film, sepeda downhill akan dikenakan harga yang berbeda. Sebenarnya banyak sekali daya tarik wisata di Gunung Papandayan ini seperti kawah, area camping dan taman edelwis, Pondok Salada, Ghober Hoet, dan Hutan Mati.
Kalau pengunjung ingin menjelajah seluruh daya tarik, sepertinya tidak akan cukup hanya sehari sehingga harus camping. Gunung Papandayan ini sangat cocok untuk pendaki pemula karena medan yang agak landai, banyak sumber air, tersedia toilet di tiap pos, dan apabila malas memasak bisa beli makanan di warung-warung yang tersedia di tiap pos. Maka dari itu pengunjungnya selalu penuh terlebih lagi saat liburan panjang.
Untuk perjalanan singkat yang hanya sehari eksplor Papandayan, pengunjung bisa menargetkan hutan mati sebagai tujuan akhir. Hutan mati ini sering dianggap angker, padahal pemandangan yang disajikan memang sangat indah. Perjalanan dari pintu masuk menuju hutan mati dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dengan berjalan kaki.
Dari area parkir sudah terlihat kepulan putih asap belerang dan lansekap pegunungan yang memukau. Pertama-tama pengunjung akan melewati jalan aspal yang sudah mulai menanjak. Diujung jalan tersebut, akan terlihat tangga yang disusun dari batu dan pendakian dimulai dari sini. Pengunjung yang datang cukup beragam dari anak mudah yang memang ingin berkemah, anak-anak, ataupun ibu-ibu yang sekedar ingin bertamasya.
Jalan yang ditempuh cukup menantang diantara batu-batu kapur gunung dan bau belerang yang menyengat. Yang mengejutkan adalah banyak porter yang mengantarkan barang bawaan pendaki dengan menggunakan motor trail. Dengan kondisi medan yang berbatu di sebelah kanan atau kirinya jurang, mereka dengan sigap membawa muatan yang terlihat berlebih diatas motornya.
Kebanyakan pengunjung yang tidak kuat mendaki, berhenti di pos 1 atau pos 2. Kebetulan di pos 2 ini ada warung yang menjual teh hangat dan cemilan. Tentu saja ini dimanfaatkan oleh pendaki yang kelelahan untuk beristirahat termasuk kami. Harga cemilannya juga masih masuk akal meskipun berada di ketinggian. Dari pos 2 ini, apabila ingin ke hutan mati pengunjung bisa mengambil rute yang berbeda dengan pengunjung yang ingin berkemah.
Biasanya hutan mati akan dikunjungi belakang oleh pendaki yang sekaligus berkemah. Kalau kebingungan bisa bertanya dengan penjaga warung atau ranger yang khusus yang menjaga di masing-masing pos. Untuk mencapai hutan mati, dari pos 2 jalanan lebih menanjak, lebih sempit, dan lebih sepi daripada jalur utama.
Di kanan kirinya terdapat pohon Cantigi yang tingginya melebihi orang dewasa. Sehingga perjalanannya terasa lebih menantang. Dari bukit-bukit ini kita bisa melihat pemandangan kawah, kota Garut dari kejauhan, dan lanskap Papandayan. Setelah berjalan sekitar 1,5 jam akhirnya pengunjung akan sampai di area Hutan mati yang sangat instagramable. Hutan ini terbentuk pada tahun 2002 karena erupsi Gunung Papandayan sehingga tanaman di area ini terbakar dan membentuk ranting-ranting yang unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar